Beranda | Artikel
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya
Jumat, 4 September 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 16 Muharram 1442 H / 4 September 2020 M.

Kajian Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya

Kita telah menyelesaikan pembahasan seputar masalah aqidah yang kita sadur dari kitab Aqidah Thahawiyah, tentang aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, tentunya pembahasan aqidah tidak akan pernah berakhir. Bahkan pembahasan aqidah merupakan bagian pembahasan permasalahan yang selalu menyertai hidup kita. Karena tiada arti kehidupan tanpa aqidah. Tiada makna dari kehidupan jika aqidah seseorang tidak benar, tidak ada ibadah seseorang jika tidak dibangun di atas aqidah yang benar. Aqidah yang mencakup seluruh keimanan terhadap perkara-perkara yang telah diwajibkan oleh Allah.

Lihat juga: Tauhid Asma’ wa Sifat

Kemudian kita melihat begitu jelas pembahasan aqidah yang telah dijelaskan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam Al-Qur’an dan dalam hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan juga yang telah dijelaskan oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam segala permasalahan keimanan, aqidah, tauhid, sehingga tidak menyisakan bagi seorang pun setelah datangnya Al-Qur’an, datangnya hadits, juga penjelasan para ulama tentang perkara aqidah yang telah mereka kumpulkan, yang telah mereka tulis dan jelaskan di dalam kitab-kitab dan karya-karya tulis mereka.

Lihat juga: Ciri-Ciri Ahlussunnah wal Jama’ah

Tugas kita untuk mempelajari, tugas kita untuk membaca, agar kita semakin yakin, kita semakin termotivasi untuk terus memegang teguh kebenaran, agar kita semakin waspada. Karena banyak pemikiran-pemikiran, banyak pemahaman-pemahaman, banyak metodologi, ideologi, pemikiran, yang menebar di masyarakat mengatasnamakan Islam, mengatasnamakan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, tapi bila diteliti, bila dibaca, dicermati dan diperhatikan sumber, dalil dan pemahamannya sungguh sangat jauh dari apa yang dijelaskan oleh Allah dan RasulNya. Perbedaannya bagaikan timur dan barat, bagaikan langit dan bumi.

Tatkala seseorang tidak mengetahui aqidah yang shahih, maka dia akan terkecoh, dia akan tertipu, dia mengira ini keimanan aqidah yang benar, ternyata apa yang dia pelajari dan yang dia yakini adalah aqidah yang menyimpang dari aqidah Rasulullah, aqidah para sahabat, aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagaimana yang dijelaskan oleh imam-imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Termasuk dalam hal ini secara khusus keimanan kepada Allah yang merupakan landasan utama seluruh rukun iman. Mengenal Allah, Rabb yang kita ibadahi.

Oleh karena itu melihat begitu banyak di kalangan masyarakat pemikiran-pemikiran yang menyimpang tentang aqidah kepada Allah, tentunya hal yang demikian itu merupakan efek negatif dari ilmu-ilmu kalam dan filsafat yang mereka memaksakan akal dan logika mereka dalam pembahasan-pembahasan tauhid uluhiyah. Munculnya berbagai corak ragam warna-warni pemikiran yang semuanya itu kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam binasa, sesat. Kecuali Al-Firqotun Najiyah.

Maka kita ingin mengetahui kenapa mereka selamat, apa rahasia keselamatan mereka, bagaimana aqidah golongan yang selamat itu yang mereka dikenal dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Al-Firqotun Najiyah, Ashabul Hadits, Ath-Thaifah Al-Manshurah, golongan yang selalu mendapatkan pertolongan dari Allah. Bagaimana aqidah mereka tentang Allah?

Penting bagi kita untuk mempelajari aqidah untuk lebih dalam lagi, secara khusus tentang ma’rifatullah (mengenal Allah). Oleh karena itu kajian kita melanjutkan edisi aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, pembahasan kita عقيدة أهل السنة والجماعة في أسماء الله وصفاته (Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah tentang nama-nama Allah dan sifat-sifatNya).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita untuk membahas, menjelaskan dan memahami aqidah yang benar yang dibangun diatas Al-Qur’an dan sunnah berdasarkan pemahaman para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan imam-imam kaum kaum muslimin Ahlus Sunnah sampai detik ini.

Kemungkinan ada yang memiliki persepsi atau menyatakan: “Kenapa hal ini dibahas dengan berbagai perbedaan-perbedaan pendapat dari kalangan ahlul kalam dan pemikiran sekte-sekte yang lain?” Boleh jadi seseorang meyakini begini, itu hak dia, yang lain memiliki pemikiran tentang hal itu, itu hak dia. Kenapa aqidah harus disatukan? Siapa yang memaksa mereka harus memiliki satu aqidah? Bukan pemahaman Islam itu luas? Bukankah Islam itu toleransi?

Berbagai alasan mungkin yang muncul dibenak pikiran kita. Kenapa hiruk-pikuk? Perdebatan sana-sini tentang Allah, apakah Allah di atas ‘Arsy atau tidak? Macam-macam istilah yang muncul diperdebatkan. Dan dengan berani sebagian menyatakan pernyataan yang dusta mengatasnamakan ulama Islam.

Jadi kekacauan dalam perkara aqidah tersebut muncul disebabkan karena orang yang berbicara tentang aqidah tidak memahami secara benar konsep aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang wajib diyakini tentang Allah secara khusus dan perkara aqidah secara umum. Hal itu karena dia tidak kembali kepada Al-Qur’an, tidak kembali kepada sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tidak kembali kepada ulama-ulama Ahlus Sunnah dalam mengetahui, mempelajari dan menjelaskan aqidah tersebut.

Perkara aqidah adalah perkara yang telah baku. Dalam artian tidak ada sesuatu yang baru dalam masalah aqidah. Tidak ada ranah untuk berijtihad. Tidak ada kesempatan bagi kita atau semata-mata hanya menggunakan logika dan akal. Tidak boleh bagi kita untuk merekayasa atau memahami aqidah sesuai dengan selera kita atau kearifan lokal. Akan tetapi aqidah hanya satu, aqidah yang diturunkan oleh Allah, yaitu suatu yang wajib diimani dan diyakini tentang Allah itu dari dahulu sampai Nabi yang terakhir aqidahnya sama. Yang membedakan hanyalah syariat yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah rincian tentang aqidah itu semakin banyak dan sempurna.

Akan tetapi secara umum prinsip utama aqidah tidak ada yang berbeda. Baik iman kepada Allah, iman kepada syariat Allah, kendati sesuai dengan kondisi setiap zaman dan waktu manusia yang hidup di zamannya. Bahwa syariat tersebut benar datang dari Allah, mengimani para Rasul dan mengimani perkara-perkara yang berkaitan dengan iman kepada hari akhir.

Landasan Utama

Inilah tiga landasan utama, yaitu mengenal Allah, mengenal syariat Allah dengan diutusnya para Rasul, dan mengenal kejadian hari kiamat tempat manusia kembali.

Mengenal Allah

Allah adalah Rabb yang kita ibadahi dan kita cintai. Ini prinsip dasar yang pertama dan tujuan utama. Setelah itu, tidak akan mungkin manusia bisa kenal kepada Allah dengan perasaan, pikiran dan akal dia. Tidak ada jalan untuk ke sana. Maka diutuslah para Rasul untuk menjelaskan, diturunkanlah kitab-kitab dan secara khusus dalam Al-Qur’an yang merupakan kitab terakhir.

Maka silahkan baca Al-Qur’an dari Al-Fatihah sampai An-Naas, tidak satupun dari lembaran-lembaran mushaf tersebut kecuali di sana terdapat nama-nama dan sifat-sifat Allah. Bahkan perintah untuk mengenal Allah. Kenapa demikian? Yaitu agar manusia yang merupakan hamba yang diciptakan oleh Allah mengenal kepada Dzat yang diibadahi. Tidak akan mungkin mereka merekayasa, karena itu di luar alam nyata kita, di luar alam yang kita hidup di dalamnya. Karena ada di sana Khaliq Sang Pencipta dan makhluk yang diciptakan. Allah tentu di luar ini. Akal tidak tembus untuk hal itu. Maka rahmat Allah menuntut untuk mengutus para Rasul, menurunkan Al-Kitab dan menutupnya dengan Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat penjelasan.

Akhirnya manusia bisa mengenal Rabb yang mereka ibadahi itu sifatNya begini, begitu dan seterusnya. Setelah kita kenal, maka semakin bertambah kecintaan kita kepada Allah.

Diutusnya Rasulullah

Ini jalan. Kita memiliki tujuan, sehingga untuk sampai kepada tujuan, mana jalannya? Apa rambu-rambu dan aturan protokol-protokol yang harus diperhatikan agar sampai pada tujuan? Maka datanglah para Rasul. Dan Allah turunkan kepada mereka syariat. Ini yang menuntun kita, ini yang menjelaskan jalan hidup kita.

Hari akhir

Setelah kita sampai dan manusia pasti akan mati, tidak ada yang kekal. Dari dahulu sampai sekarang terus generasi demi generasi manusia sehingga berganti, akan sirna semuanya. Tapi apakah akan sirna begitu saja? Tidak jelas kemana kembalinya mereka? Hanya perputaran roda kehidupan yang membinasakan mereka? Jawabannya tidak demikian, tentu itu sia-sia belaka.

Maka mereka harus tahu setelah mereka mati, setelah mereka capek di dunia beribadah sampai mereka terbunuh demi mempertahankan kemuliaan, apakah kemudian tidak ada hasilnya dan sia-sia belaka? Tentu mustahil.

Dalam usaha manusia di dunia ini sesuatu yang tidak masuk akal, dia sudah capek berusaha tapi tidak ada hasilnya. Kalaupun telah berhasil tidak dinilai sama sekali.  Dalam pandangan manusia, ini sesuatu yang tidak pantas, tidak bijak dan tidak masuk akal sehat.

Lalu bagaimana dengan Rabbul ‘Alamin yang menciptakan, memerintahkan kita untuk beribadah, diutusnya para Rasul, kemudian semua itu tidak ada hasilnya? Berakhir semua itu sia-sia belaka? Mustahil dalam ilmu Allah Al-‘Alim (Yang Maha Berilmu), Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana).

Di sana ada tempat kita kembali. Ada alam akhirat. Dan itu sama sekali tidak akan mungkin tembus dengan pandangan dan akal kita. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala jelaskan hal itu sejelas-jelasnya, tidak satupun yang tersisa. Dan landasan utamanya adalah beriman kepada yang ghaib.

Mulai manusia meninggal, masuk alam kubur, bahkan kejadian-kejadian sebelum kiamat, setelah itu mereka di alam barzakh sampai hari kiamat kemudian dibangkitkan dan dihadapkan kepada Allah, ada timbangan, ada hisab, ada jalan, ada cahaya yang menerangi di akhirat karena gelap-gulita tiada cahaya, kemudian mereka digiring kepada tempat tujuan mereka yang terakhir untuk selama-lamanya mereka hidup di sana. Surga bagi yang taat, shalih dan beriman. Neraka –wal-‘iyadzubillah- bagi yang kafir, fasik dan yang batil semuanya.

Itu dijelaskan dan itu semua haq. Jika Allah tidak menurunkan Al-Qur’an dan tidak mengutus para Rasul, tidak seorangpun yang bisa mengenal hal itu.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.

Download MP3 Kajiannya

Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48970-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jamaah-tentang-nama-nama-allah-dan-sifat-sifatnya/